Politisi Partai Bulan Bintang (PBB), Panhar Nakawi menilai, Pemilihan
Umum (Pemilu) di Indonesia rawan menimbulkan konflik. Menurutnya, hal
ini terjadi didasari oleh keadaan dari para calon yang tidak siap untuk
kalah sebagaimana fakta pada beberapa Pemilukada.
"Sudah menjadi
budaya kita tidak siap untuk kalah. Bahkan, reformasi yang diharapkan
jadi acuan malah menjadi kebablasan," ujar Panhar dalam diskusi bertajuk
'Peran Elit Politik, Upaya Mencegah Konflik Dalam Pemilu' yang diadakan
The Jakarta Institute di Galery Caffe, Cikini, Jakarta, Rabu (5/6).
Panhar
menjelaskan, para peserta pemilu (baik pemilukada dan pileg) tidak siap
kalah. Persoalan ini terjadi karena para caleg tidak didukung dengan
pendidikan politik yang memadai oleh partai politik (parpol).
Padahal,
lanjut Panhar, seharusnya parpol menjadi lembaga yang mendidik
kader-kader untuk tujuan tertentu. Sayangnya, pendidikan politik di
Indonesia tidak berjalan seharusnya baik pada tingkat ranting maupun
tingkat pusat
"Sekarang memang ada training di tingkat pusat atau wilayah dan cabang, tapi sayangnya tidak dilanjutkan," sesalnya.
Panhar
mengakui, meskipun para peserta pemilu merupakan tokoh yang dikenal
masyarakat, mereka belum memiliki pengetahuan politik yang memadai.
"Banyak orang yang dicalonkan memiliki pendidikan sangat rendah. Nah,
karena sangat rendah maka ketika tidak terpilih mereka akan melawan, dan
karena ada massanya, maka bisa terjadi gejolak. Nah inilah yang akan
terjadi jika dibiarkan," pungkasnya.
Sementara itu, politisi PAN
Bima Arya mengatakan, konflik dalam pemilu merupakan hal yang biasa
terjadi di Indonesia. Hal itu terjadi lantaran kebanyakan partai tidak
bisa menaati peraturan, misalkan dalam berkampanye.
"Konflik terjadi ketika kampanye positif tidak terjadi, tapi kampanye negatif menjadi-jadi," kata Bima.
Selain
itu, menurut Bima, media punya peranan besar dalam menimbulkan konflik.
Ini karena media dimanfaatkan oleh beberapa partai untuk melempar isu
yang akhirnya menimbulkan konflik.
"Media itu bisa menimbulkan opini, baik opini baik maupun opini buruk. Jadi, memang peran media itu besar," tutup Bima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar