TULUNGAGUNG – Hujan deras di sekitar Alun-Alun Tulungagung mewarnai
prosesi boyongan Bupati Tulungagung Syahri Mulyo kemarin (7/5).
Tapi hal tersebut tidak menganggu orang nomor satu di lingkup Pemkab
Tulungagung ini pindah dari kediamannya di Desa/Kecamatan Ngantru,
menuju Pendapa Kongas Arum Kusumaning Bongso, sekitar pukul 14.00.
Pindahan rumah tersebut menggunakan adat Jawa.
Dalam boyongan itu,
Syahri Mulyo mengajak seluruh keluarganya yakni istri, Wiwik Wijayanti
dan empat anaknya ke pendopo. Mereka membawa tikar, gula kopi, lampu
teplok dan sapu lidi.
Sambil membawa perlengkapan rumah tangga
tersebut, mereka berjalan dari pintu gerbang pendapa menuju pendapa.
Sebelum masuk di pendapa, mereka disuguhi tarian keselamatan. Tarian
tersebut berlangsung sekitar 10 menit.
Setelah itu, keluarga Syahri
Mulyo menuju ke dalam ruangan pendapa. Di ruang tersebut, mereka
meletakkan peralatan rumah tangga. Kemudian, mereka sujud.
Menurut
Sri Wahyuni pemandu upacara, lampu teplok dan sapu lidi yang dibawa
Syahri Mulyo ini mempunyai arti. Lampu teplok sebagai symbol menerangi
perjalanan Syahri sebagai bupati lima tahun ke depan, sedangkan sapu
lidi menunjukkan Syahri menginginkan yang bersih . “Sebenarnya semua
yang dibawa mengandung makna,”ungkapnya.
Sementara itu, Bupati
Tulungagung Syahri Mulyo mengaku lega atas prosesi boyongan ke pendapa.
Dia mengatakan, prosesi boyongan ini dijadikan awal perjuanganya
mensejahterakan masyarakat Tulungagung.
Dia berharap setelah
mengikuti prosesi boyongan tersebut, apa yang dicita-citakan untuk
kemakmuran warga Tulungagung bisa cepat terlaksana. “Mudah-mudahan
rencana jangka pendek dan jangka panjang untuk menujudkan visi – misi
bisa segera terlaksana,”pintanya
1 komentar:
Kami masyarakat Tulungagung ikut berdo'a dan berusaha semampu kami untuk ikut serta mendukung visi dan misi Bapak Bupati baru... mudah2an Tulungagung benar-benar bisa menjadi Tetulung yang agung bagi masyarakat tulungagung khususnya dan bisa menyebar ke seluruh indonesia tanah air tercinta.....
Posting Komentar